Selasa, 14 Juni 2022

Memperbaiki Diri Sebelum Kita Memasuki Alam Antara

Senin 13 Juni 2022, seperti biasanya peserta didik MI Plus Sunan Kalijaga menjalani pembiasaan pagi madrasah. Agenda rutin hari itu : Tadarrus al-Qur'an, Shalat Dluha dan Upacara. Peserta didik Kelas IV dan V, Senin itu masih akan menjalani Penilaian Akhir Tahun di hari terakhir. Upacara yang biasanya memakan cukup waktu, akhirnya digantikan dengan pembinaan akhlaq usai sholat Dluha di Musholla Nailul Huda. Agar pukul 07.30 WIB semua bisa memulai aktivitas belajar di kelasnya masing-masing.

Setelah Dluha selesai, anak-anak yang masih dalam shaf shalat, duduk rapi bersila. Menjawab salam yang diucapkan Kepala Madrasah dengan bersahaja dan kompak. Mereka pun mulai menyimak setiap kalimat yang disampaikan Pak Defi :

"Alhamdulillahirabbil 'aalamiin...  Segala puji-pujian itu milik Allah, berasal dari Allah, merasuk ke dalam perasaan bahagia dan harapan-harapan yang indah. Lalu hendaknyalah kita ungkapkan kebahagiaan itu kepada Allah, dengan penuh terima kasih. Kepada Tuhan yang menguasai seluruh alam. Yakni, alam saat kita berada dalam kandungan ibu. Lalu alam dunia, sejak kita terlahir hingga nanti akhirnya meninggal. Kemudian alam barzah atau alam kubur, saat nanti jasad atau tubuh ini telah mati tetapi ruh kita tetaplah hidup. Dan akhirnya kita semua memasuki alam akhirat, alam keabadian, selamanya-lama. Berada di syurga bagi mereka yang taat dan diridlai Allah, berada di neraka bagi mereka yang ingkar dan durhaka kepada-Nya. Semua itu terjadi dan berjalan atas kehendak Allah Ta'ala. Dan layak untuk disyukuri, dimana pada aktivitas pagi ini pun kita masih diperkenankan berbakti bersama kepada-Nya. Marilah bersama-sama kita ucapkan sepenuh hati,  alhamdulillahirabbil 'aalamiin."

Kepala MI Plus Sunan Kalijaga saat memberikan pembinaan akhlaq pagi itu


Sejenak suasana menjadi hening, tatapan anak-anak terlihat redup, seakan menerawang jauh dan menunggu kalimat-kalimat selanjutnya :

"Bersyukur kita karena masih didunia. Karena saat dialam barzah, alam antara (dunia dan akhirat) orang yang sudah meninggal itu ibarat berada diruang kaca bening yang tertutup. Dia bisa menyaksikan kehidupan orang-orang terdekatnya yang masih hidup. Ia sangat berharap orang-orang yang dicintainya seperti : anak, ayah, ibu, cucu, teman, saudara, penerus perjuangannya masih memberi perhatian kepadanya. Melalui do'a-do'a dan tidak lelah untuk berbuat baik dan terus memperbaiki diri. Ia juga bisa melihat calon alam akhirat yang akan ia huni. Jika semasa hidupnya ia baik yang terlihat adalah syurga. Jika ia termasuk orang yang dibenci Allah maka ia akan melihat neraka. Sementara mereka itu terhalang untuk bisa berkomunikasi langsung dengan kita yang masih di dunia. Mereka itu melihat, mendengar, merasakan, ikut senang dan sedih atas perilaku kita. Tapi tidak bisa menegur, mengingatkan, maupun berbicara langsung dengan kita. Untuk itu bagi yang orang-orang terdekatnya telah tiada, hendaknyalah kalian rutin mendoakan atau bahkan menziarahi kuburnya. Misalnya dengan meniatkan : Ya Allah, semoga engkau berkenan memberikan kebaikan dari al-Fatihah ini kepada .... (sebut namanya). Lalu baca surat al-Fatihah itu dengan penuh kekhusyukan. Betapa mereka itu akan bahagia luar biasa, bahkan saking bahagianya mungkin hingga meneteskan air mata."

Tak disangka terlihat wajah Gista, anak Kelas III itu memerah, perlahan meneteslah air matanya. Besar kemungkinan ia teringat ibunya. Yang beberapa hari setelah melahirkannya, beliau berpulang kepada-Nya. Begitu juga Zahid, seorang anak di Kelas V yang tinggi besar. Ia seolah mengingat kembali sikap bandelnya selama ini dan merasa belum mampu untuk membalas kebaikan ayahnya, yang dua tahun lalu menghadap Ilahi. Seketika segenap pandangan mata tertuju pada keduanya dan dengan sigap Pak Defi pun melanjutkan :

"Okey, hendaknya kita tidak berhenti pada kesedihan atau bahkan larut didalamnya. Karena setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Hanya waktunya saja kita yang tidak tahu. Oleh karena itu tidak ada perilaku yang lebih baik, kecuali rutin mendoakan yang sudah meninggal dan terus berbenah, memperbaiki diri selagi kita masih diberi hidup. Bergegas mandi, belajar, shalat, membantu orang tua dan berbagai kebaikan lainnya tanpa menunggu diingatkan dulu maupun disuruh. Berbuat baik dengan dilandasi rasa bahagia, karena kita masih diberi kemampuan melakukannya. Bukan melakukan kebaikan karena takut jika dimarahi, itu hanya akan mengurangi kualitasnya. Dan orang tua atau guru saat menegur, mengingatkan, bahkan mungkin memarahi sesungguhnya itu karena rasa sayangnya pada kalian. Agar perilaku kalian semakin membaik. Mari kita akhiri sesi ini dengan melafadzkan surat al-Fatihah, dan didalam hati kita memohon agar Allah Ta'ala senantiasa memperbaiki diri kita, agar semakin dekat pada keridlaan-Nya. Al-Faatihah...."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar