“Ya Allah,
pagi ini aku harus datang ke Umbulan – Jajar. Bumi perkemahan yang menjadi
lokasi Pelantikan Pramuka Siaga Garuda. Anak didikku yang usia siaga akhir dan
bisa ikut hanyalah 4. Itupun satu yang putri harus mengambil dari Kelas III.
Jumlah personil yang jauh dari kelayakan. Untuk diberangkatkan sebagai utusan
sebuah Gugusdepan. Dilantik secara drive true, berjalan satu arah dan
bergiliran, naik panggung kehormatan. Dihadapan banyak hadirin, bahkan Wakil
Bupati pun dijadwalkan hadir. Beri tepuk
tangan yang meriah, inilah kontingen Siaga Garuda Pangkalan MI Plus Sunan
Kalijaga. Waduh, ternyata hanya 4 anak. Hahaha... “ (Terbayang bagaimana
pembawa acara memanggil pangkalanku dan mereka semua melihat, bahkan mungkin
menertawai dalam hati). “Namun mau dikata apa, inilah ketetapan yang Kau Kehendaki
Gusti... Meski tersisa rasa berat hati, aku harus kesana. Apapun yang terjadi
Kamabigus harus hadir.”
“Def, jam pitu kurang seprapat, ra ndang adus kono we ki?” Suara Emak membuyarkan lamunanku. Langsung kutenggak sisa kopi yang ada. “Mandi, dingin hanyalah persoalan rasa”. Batinku mendorongku.